Skip to main content

Trump sepertinya mengubah pandangannya tentang hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China. Dalam sebuah pernyataan pada 16 Des 2024, Presiden terpilih AS Donald J. Trump mengatakan bahwa kerjasama AS dan Tiongkok akan banyak menyelesaikan masalah di dunia ini. Ini sangat menarik, karena selama ini ide pengenaan tarif dan sanksi terutama ke Tiongkok selalu digembar-gemborkan oleh Trump saat kampanye pemilihan presiden. Sepertinya Trump mulai menyadari bahwa “decoupling” atau pemisahan hubungan dengan Tiongkok yang agresif dilakukan pemerintahan Joe Biden dan European Union (EU), sebenarnya merugikan AS dan negara-negara EU sendiri.
Saya pernah menulis bagaimana pengenaan tarif mobil listrik Tiongkok di EU dan larangan mengirim mesin litografi pembuat microchip dari Belanda, dibalas dengan mengenakan tarif untuk vodka, tas-tas mewah dari Perancis dan pengurangan impor babi. Industri otomotif Jerman terimbas dengan sanksi terhadap Tiongkok dan mengakibatkan pengurangan karyawan dan pertumbuhan ekonomi yang negatif tahun ini (selain karena penghentian supply LNG dari Rusia). Mobil listrik yang memerlukan baterai baik teknologi maupun bahan-bahan bakunya yang saat ini dikuasai oleh Tiongkok.

Para analis ekonomi independen membaca bahwa pemberian sanksi dan tarif antar AS dan Tiongkok akan merugikan AS sendiri. Tiongkok mempunyai hubungan dagang lebih dari 120 negara di dunia dan AS hanya 56 negara. Artinya, pemutusan hubungan dagang dengan AS masih menyisakan hubungan dagang dengan negara lain. Pemberian tarif dan sanksi bertahun-tahun dari AS membuat Tiongkok bekerja keras untuk tetap bertahan dan tetap bertumbuh secara ekonomi. Dengan subsidi yang besar, Tiongkok pelan-pelan mulai mematenkan sendiri mesin litografi pembuat microchip. Huawei telah menggunakan microchip buatan sendiri untuk telepon genggam terbarunya dan tidak tergantung dari AS lagi.
Tiongkok juga telah membalas AS dengan menghentikan ekspor logam tanah jarang (rare earth) ke AS. Tiongkok adalah penghasil terbesar dunia atas Galium, Germanium dan Antimony (penghasil 70% di dunia) yang sangat diperlukan dalam industri persenjataan, radar, pembuatan microchip dan komponen high tech lainnya. Pesawat andalan AS F-35 sangat tergantung dari tiga logam tanah jarang tersebut. Tanpa logam tersebut, komponen tertentu tidak akan bisa dibuat yang akan mengurangi produksi F-35.

Balasan yang sudah dilakukan Tiongkok sebelumnya adalah pengurangan pembelian produk pertanian dari AS terutama jagung dan kedelai. Tiongkok mulai mengurangi ketergantungan atas impor dari US dan menggantikannya dengan impor dari Brazil, yang tentunya merugikan petani-petani di AS.

Selain itu, Tiongkok juga mulai memberikan insentif subsidi kepada rakyatnya untuk menumbuhkan permintaan ekonomi. Berbeda dengan negara besar lain, ketergantungan ekonomi Tiongkok terhadap ekonomi dalam negeri lebih besar.

Selain subsidi dibidang industri high tech, Tiongkok juga menurunkan tarif pajak bagi rakyatnya untuk membeli rumah baru atau ingin membeli rumah yang lebih besar. Simpanan dana yang selama ini disimpan AS pelan-pelan ditarik dan digunakan untuk memberikan insentif ekonomi dalam negeri Tiongkok.

Pemberian sanksi dan tarif bisa efektif bila dilakukan dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, negara yang terkena tarif dan sanksi akan mencari jalan untuk tidak tergantung pada negara yang memberlakukan tarif dan sanksi. Negara seperti Tiongkok dan Rusia mendapat ribuan sanksi dan tarif dari AS dan EU. Dalam perjalanannya mereka bisa bangkit dan mengalami pertumbuhan ekonomi diatas AS dan negara-negra EU sendiri. Dalam wawancara Tucker Carlson (penulis dan komentator politik AS) dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov baru-baru ini, Lavrov mengatakan bahwa sanksi dan tarif malah…

Leave a Reply