Skip to main content

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jin ping, akhirnya bertemu empat mata di Busan, Korea Selatan tanggal 29 Oktober 2025. Beberapa hari sebelumnya kedua delegasi pembantu presiden kedua negara bertemu di Malaysia untuk mempersiapkan pertemuan puncak ini. Banyak spekulasi muncul atas hasil pertemuan kedua delegasi tersebut dimana delegasi AS relatif tidak banyak bicara setelah pertemuan berakhir. Sebaliknya delegasi Tiongkok lebih percaya diri menghadapi pers walaupun tidak menyebut secara spesifik hasil pertemuan keduanya.

Di pesawat dalam perjalanan pulang ke AS dan tulisannya di platform “truth social”, Presiden Trump menjelaskan secara garis besar pertemuannya dengan Xi Jin ping 1)

  1. Tiongkok telah setuju untuk membeli kembali kedelai, gandum dan produk pertanian dan peternakan lainnya. Sebelumnya Tiongkok menghentikan seluruh impor dari AS sejak awal 2025 dan mengambilnya dari Brazil, Argentina dan Australia.
  2. Tiongkok tidak jadi menerapkan larangan penjualan logam tanah jarang (LTJ). Pelarangan ini sebelumnya adalah sebagai balasan dari rencana penerapan “tambahan tarif 50%” dari tarif yang ada ke Tiongkok.
  3. Tiongkok setuju untuk membeli kembali minyak dari AS (lewat Alaska). Tidak dijelaskan secara detail seberapa banyak, karena minyak dari Rusia lebih murah. Dan yang pasti ancaman AS agar Tiongkok menghentikan pembelian minyak dari Rusia sudah tidak terdengar. Trump sepertinya mengerti bahwa posisinya lemah untuk mengancam Tiongkok agar tidak membeli minyak dari Rusia.
  4. Tiongkok setuju untuk bekerja sama dengan AS untuk mencegah penyalahgunaan “fentanyl” di AS. Fentanyl adalah kimia sintetik yang digunakan untuk pembiusan secara medis atau penahan rasa sakit. Faktanya penggunakan fentanyl di AS menjadi kontributor utama dari kasus overdosis di AS. Untuk itu, pengenakan “tarif fentanyl” diturunkan dari tadinya 20% menjadi 10%
  5. Pembicaraan Nvidia dengan Tiongkok akan dimulai lagi (baca: larangan ekspor Nvidia ke China akan dibuka). Sebenarnya ini lebih menguntungkan AS dari Tiongkok. AS punya kepentingan agar Nvidia terus bisa menjual chipnya dan gelembung AI (AI bubble) sebagai pendorong ekonomi utama AS tidak pecah (baca: runtuh). Tiongkok bisa memilih untuk tetap tidak membeli teknologi terlalu canggih seperti “blackwell”nya Nvidia tapi bisa menggunakan produk Huawei yang lebih pelan tapi dengan volume yang banyak. Kita bisa mengibaratkan AI itu emas yang akan ditambang dan Nvidia adalah penjual sekop untuk menambangnya. Tiongkok bisa memilih menggunakan sekop manual tapi menggunakan banyak orang atau membeli satu sekop changgih bernama blackwell. Pilihan rasional Tiongkok adalah memilih yang pertama sambil memberikan insentif riset dan pengembangan dalam negeri agar bisa membuat sekop yang lebih canggih dari yang dihasilkan Nvidia. AS sepertinya mulai sadar tentang hal ini (seperti yang disampaikan Jensen Huang CEO Nvidia), melarang pengiriman chip canggih ke Tiongkok hanya akan mempercepat Tiongkok berhasil nmembuat chip canggihnya sendiri. 2)
  6. Pengenaan tarif kapal buatan atau berbendera Tiongkok menurut Trump “is no longer an issue” artinya kapal Tiongkok akan bisa bersandar tanpa adanya fee tambahan demikian juga  sebaliknya kapal AS yang berlabuh di Tiongkok
  7. Dalam press conference di pesawat, Trump menjelaskan tentang keseluruhan tarif telah turun dari 57% ke 47% dan sebaliknya ekspor barang dari AS ke Tiongkok dikenakan tarif 10%. Seolah ini adalah “kemenangan Trump” atas Tiongkok karena perbedaan penerapan tarif keduanya. Tapi sebenarnya tidak demikian adanya. Trump terakhir mengancam Tiongkok dengan tambahan”50% tarif” yang berakibat perusahaan Tiongkok yang masuk ke “entity list” (list perusahaan dalam pengawasan ketat) akan naik dari 1.400 menjadi 20.000 perusahaan (naik lebih dari 14 kali). Karena alasan ini juga kemudian Tiongkok mengancam melarang ekspor LTJ yang membuat AS pusing kepala. Dalam perundingan ini, Trump kemudian membatalkan tambahan 50% tarif ini, untuk itu Tiongkok juga “menunda” larangan ekspor LTJ.

Bagaimana menganalisa 47% untuk Tiongkok?

Sebelum pemerintahan Trump 2.0, Joe Biden telah menerapkan tarif sebesar 20,7%. Disaat pemerintahan Trump kedua, Trump menerapkan tarif 20% (yang dikenal dengan fentanyl tariffs). Jadi total adalah 40,7%. Setelah “liberation day” dimana semua negara dikenakan tarif, Trump menambah tarif untuk Tiongkok 34% atau total menjadi 74,7%. Karena Tiongkok melawan, Trump kemudian menaikkan menjadi 125%.

Gedung Putih baru aja menyatakan bahwa Tiongkok secara efektif dikenakan “reciprocal tariffs” atau “liberation day tariffs” sebesar 10%. Ini berarti tarif terendah yang diberikan AS kepada negara lain dan hanya dinikmati negara “sahabat” AS seperti Inggris dan Singapura.

Artinya Tiongkok dikenakan lebih rendah dari EU (negara-negara Eropa) dan Korea Selatan yang keduanya dikenakan tarif 15%. Indonesia setelah negosiasi habis-habisan dengan AS, akhirnya mendapat tarif sebesar 19% (dari sebelumnya 32%). Bisa dibilang ini kemenangan besar juga untuk Tiongkok yang dianggap “musuh” oleh AS sebelumnya. Tiongkok tidak harus melakukan investasi di AS seperti Korea dan Jepang. Tidak perlu juga membeli minyak dan pesawat dari AS seperti Indonesia. Bahkan bila 10% “liberation day tariffs (hari dimana setiap negara dikenakan tarif) ini di offset dengan penurunan “fentanyl tariffs” 10% (hasil pertemuan Trump dan Xi) sebenarnya malah Tiongkok seperti tidak dikenakan tarif tambahan setelah “liberation day”. Jadi tarif 47% adalah sebuah bungkus yang kelihatannya “kemenangan” untuk AS tapi sebenarnya kemenangan untuk kedua negara. Sayangnya fakta ini tidak banyak dibahas di media besar. 3)

Trump menyebut pertemuan dengan Xi bernilai 12 (dari skor 1-10). Artinya Trump puas dengan pertemuan ini. Trump mulai menyebut AS dan Tiongkok sebagai G2 (lawan dari G7) atau “two large powerful countries.” Bila kedua negara ini bisa berdamai secara ekonomi dan politik, maka ekonomi dunia akan bergeliat lagi dan pertumbuhan ekonomi dunia juga akan meningkat.

Sumber:

  1. https://x.com/TruthTrumpPosts/status/1983895369177337971; https://youtu.be/g6GfiUnj5jE?si=oxjs0TlI9o4SaL2n
  2. https://timesofindia.indiatimes.com/technology/tech-news/nvidia-ceo-jensen-huang-has-a-complaint-says-china-has-made-it-very-clear-they-dont-want-/articleshow/124894809.cms
  3. https://x.com/RnaudBertrand/status/1984873031219441690

TOUR EROPA GURU SHD 2022

Barcelona: Sagrada Familia

Setyo Hajar DewantoroSetyo Hajar Dewantoro24 Januari 2025
Kebangsaan

REVOLUSI AGUNG MENYONGSONG 2045

Setyo Hajar DewantoroSetyo Hajar Dewantoro15 Agustus 2024

Leave a Reply