Skip to main content

CATATAN PERDANA DARI INDIA

 

Grand Hyatt Mumbai 6/11/2024

Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata India? Anda biasanya akan mengkaitkan India dengan kata-kata ini: yoga, meditasi, spiritual, Bollywood, Gandhi, Mother Theresa. Yoga dan meditasi, memang tradisi kuna dari India yang kini mendunia sebagai metoda mengolah raga, pikiran dan jiwa. Indonesia sempat dibanjiri guru-guru yoga dan meditasi dari India yang menjadi bagian dari proses berkembangnya yoga dan meditasi sebagai urban life style di Jakarta hingga Bali. Tentang spiritual, sangatlah populer cerita orang-orang dari berbagai penjuru dunia yang mencari pencerahan dan rindu akan makna hidup lalu datang ke India. Di masa modern India dikenal sebagai pemasok “guru spiritual berjangkauan global” mulai dari Swami Vivekananda, Jiddu Krishnamurti, Osho, Sai Baba, Sri Sri Ravi Shankar, hingga Sadhguru. Dari India pula menyebar aliran dan kelompok spiritual seperti Hare Krisna, Brahma Kumaris, hingga Vedanta.

Sementara itu Gandhi, salah satu pejuang kemerdekaan India, sangat populer dengan prinsip perjuangannya: Ahimsa, Swadeshi. Tentu saja popularitasnya juga terangkat oleh peristiwa kematiannya yang tragis: ia diserang oleh pemeluk Hindu yang ekstrim, yang menganggap dia terlalu lunak terhadap kaum Muslim. Di era Gandhi, konflik agama sangatlah brutal yang berujung dengan pecahnya India dan munculnya dua negara baru: Pakistan dan Bangladesh. Sementara Mother Teresa yang datang dari Eropa Timur, terkenal karena gerakan kemanusiaannya di Kalkuta; ia yang merupakan biarawati Katholik dianggap sebagai pejuang kemanusiaan paling agung di dunia modern karena kepeduliaannya terhadap penderita lepra, rakyat miskin dan bayi terlantar. India juga terkenal karena salah satu kawasannya yaitu Dharamshala di kaki Himalaya menjadi tempat pengasingan bagi Dalai Lama yang terusir dari Tibet.

Menyangkut popularitas Bollywod tak perlu diragukan karena orang Indonesia pada umumnya kenal Amitabh Bachchan, Shah Rukh Khan, Aamir Khan. Saya termasuk penggemar film India yang seringkali jalan ceritanya punya alur tak terduga, mengejutkan, dengan dialog-dialog sangat cerdas. Film India juga sangat berani mengungkap ketimpangan sosial, kebobrokan aparat dan politisi. Termasuk tentunya film PK yang menawarkan perspektif sangat kritis terhadap agama dengan segala otoritasnya.

Tanggal 6 November 2024 saya diperjalankan ke India dengan tujuan utama menjejakkan kaki di kawasan Himalaya. Saya menggunakan satu-satunya pesawat dengan penerbangan langsung dari Jakarta ke Mumbai, yaitu IndiGo. Rencananya saya akan berada dua malam di Mumbai sebelum melanjutkan perjalanan ke Srinagar di kawasan Jammu-Kashmir. Dari situ baru berlanjut ke beberapa kota: Chandigarh, Lucknow dan New Delhi.

Untuk apa saya ke India? Tentu saja bukan untuk mencari pencerahan karena saya sudah tercerahkan. Jelas juga bukan karena saya galau dan ingin menemukan makna hidup. Saya mengalami pencerahan perdana di penghujung tahun 2018. Lalu terus melewati berbagai tangga pencerahan yang lebih tinggi karena saya konsisten mempraktikkan hening dengan metoda yang tepat. Saya sudah sangat mengerti tujuan hidup, dan hidup saya sudah sangat bermakna. Tentu saja jauh dari galau karena saya konsisten mengalami hidup surgawi. Dan tentunya saya ke India bukan unruk mencari Guru Spiritual. Dalam hal spiritual saya sudah jadi pakar, dan sudah bertahun-tahun menjalankan peran sebagai Guru Spiritual, penulis buku spiritual, yang telah menghasilkan cukup banyak orang yang mengalami transformasi kesadaran hingga menemukan makna hidup bahkan juga mengalami pencerahan.

Saya datang karena panggilan dari Pegunungan Himalaya sangatlah kuat. Tempat ini tetaplah misterius, menyimpan keagungan yang tersembunyi. Ada satu sosok yang saya sering terhubung dengannya, tentu di dimensi non fisikal, yang dikenal sebagai immortal dan dikaitkan dengan Himalaya: Babaji. Kedatangan ke Himalaya pastilah menjadi momentum bagi saya untuk kembali mengalami loncatan kesadaran dan semakin bergerak maju dalam perjuangan suci merealisasikan Bumi Surgawi.

Alasan lainnya, sebenarnya justru adalah keprihatinan. Banyak orang boleh saja kagum terhadap Mahatma Gandhi, Mother Teressa, Dalai Lama hingga Sadhguru. Demikianlah juga saya dulu ketika saya melakukan penilaian berdasarkan informasi yang saya terima dari buku dan berbagai media mainstream. Tapi kini saya punya perspektif berbeda karena saya langsung menghunjamkan penyaksian saya terhadap realitas jiwa mereka. Kekaguman yang dulu sangat kuat, kini sirna menjadi biasa saja berganti jadi pemakluman. Dalam kaca mata yang lebih netral dan utuh, menjadi jelas di mana kelebihan-kelebihan mereka tapi juga terlihat kekurangannya. Dengan mata hati yang tajam dan analisis kritis, menjadi tersingkapkan realitas di balik tabir yang tak terbaca oleh orang kebanyakan.

Buat Anda yang ingin memahami lebih utuh dari sisi pro kontra, misalnya tentang Mother Theresa, pelajari berita-berita dari sumber underground yang penyimpulannya bertolak belakang dengan citra yang dibentuk media arus utama. Jika ingin melihat Gandhi dari perspektif lain, bacalah pandangan Osho tentang Gandhi. Jika ingin memahami lebih utuh Dalai Lama dan Sadhguru, jangan hanya baca wisdom quote dari mereka. Pelajari juga bagaimana analisis tentang relasi mereka dengan kelompok kuat dunia yang ada di balik UN, WEF, WHO – tentu saja Anda harus siap dicap sebagai penganut Teori Konspirasi. Sekali lagi, saya sendiri menilai lewat penggabungan informasi pro kontra lalu membuat penilaian final berdasarkan penyaksian terhadap realitas jiwa mereka. Tentunya Anda tak harus sepakat dengan penilaian saya, tak harus percaya pada apa yang menjadi penyaksian saya.

Intinya, saya justru mengajak Anda untuk tidak percaya sembarang percaya. Jangan gampang silau dan terpesona. Pencitraan di dunia ini sangatlah dahsyat, semua bisa dibolak balik. Besi bisa dicitrakan sebagai emas, batu kali bisa dicitrakan sebagai permata. Dan sebaliknya. Tentunya akan ada banyak orang yang serempak percaya. Persis dengan betapa kompaknya orang di tahun 2020 untuk percaya bahwa Corona adalah virus sangat berbahaya dan sangat mematikan berkat kampanye yang sangat massif. Bercandaannya Donald Trump yang kala itu jadi Presiden AS, yang ngaku sakit Covid lalu sembuh begitu saja, dan memutuskan negaranya keluar dari WHO – gagal mewaraskan mayoritas pemerintahan di dunia dari cengkraman WHO dan Big Pharmacy, malah dia yang terjungkal dari tahta kepresidenan.

Jadi saya justru datang ke India karena “keprihatinan” menyaksikan realitas India yang dianggap sebagai kiblat spiritual dunia padahal telah lama negeri ini kehilangan keagungan spiritualnya. Yang sekarang ada adalah yoga yang sekadar jadi olah raga, meditasi yang lebih menyerupai fashion, ritus-ritus yang kehilangan esensi, penyembahan para dewa, filsafat yang menciptakan kebingungan, serta guru-guru spiritual yang dikultuskan demi pelanggengan ilusi dan pemenuhan hasrat egoistik manusia. Sulit menemukan ajaran, tradisi, orang, yang merepresentasikan dengan utuh satu kata ini: “purity”. Tentu masih ada, tapi benar-benar minoritas, tersembunyi, tidak populer. Tentu saja ini di luar pengakuan akan kemajuan India di bidang ekonomi dan teknologi.

Maka saya datang dengan kasih yang murni, dengan kemurnian jiwa. Dalam hening di berbagai tempat di India saya akan memancarkan cahaya kesadaran dan energi kebahagiaan sejati alias splendor. Biarlah tanah ini kembali kepada keagungannya, kembali disinari cahaya kesadaran yang mengejawantah dalam bentuk ajaran spiritual yang murni – yang sejatinya merupakan bentuk orisinal dan esensial dari Tantra, Yoga dan Sanata Dharma.

Keajaiban yang terjadi di Tanah India, akan memberi pengaruh secara global; cahaya terang meliputi Bumi menyirnakan kekelaman yang berakar pada hasrat egoistik dan ilusi manusia serta cengkraman kuasa kegelapan.

Saya memang pengembara. Lewat pengembaraan ke berbagai belahan dunia

Saya belajar tentang banyak hal sekaligus menunaikan tugas menyelaraskan energi di Planet ini yang seringkali memang kacau balau akibat angkara murka manusia

BELAJAR DARI VIETNAM: NEGERI KOMUNIS YANG MAJU EKONOMI, KEBUDAYAAN DAN OLAHRAGANYA

Selengkapnya

INDONESIA MERCUSUAR DUNIA: Oleh-oleh Kesadaran dari Kupang, Nusa Tenggara Timur

Selengkapnya