Kembali saya dapat tuntunan dari relung hati untuk bergerak, mengunjungi daerah-daerah yang semula tak terbayangkan untuk saya kunjungi. Tanggal 15 April 2024 saya meluncur ke Manado dari Jakarta, menggunakan Batik Air dan dapat sinyal bagus karena tanpa saya duga, kursi saya diupgrade begitu saja dari Kelas Ekonomi ke Kelas Bisnis.
Untuk apa sebenarnya semua perjalanan ini? Karena tampak tak pernah berhenti sejak Januari 2024. Setiap minggu saya pasti jalan: Jayapura, Merauke, Banda Aceh, Medan, Kupang, Bali, Surabaya, Malang, Jogja, Lombok, Bangka, Belitung, Batam, Balikpapan, Samarinda, Tenggarong, Labuan Bajo, Manila, Hong Kong, Singapura, dan kali ini ke Manado yang berlanjut ke Bali. Tentu saja semua perjalanan ini membutuhkan ketahanan fisik sekaligus dompet. Tapi seiring dengan tekad untuk setia penuh pada Gusti, semua jalan dilapangkan. Badan saya sangat fit, dan selalu ada uang mengalir untuk membiayai perjalanan.
Perjalanan ini bukan perjalanan bisnis, bukan pula perjalanan wisata. Meski saya bilang inilah kerja saya dan saya sangat menikmatinya. Semua perjalanan ini selalu berkenaan dengan tiga hal: (1) Penyelarasan negara/dunia dengan pendekatan energi untuk memastikan ada perbaikan nasib kolektif pada bangsa/umat manusia. Termasuk di dalamnya adalah pembangkitan energi kuna dan re-aktivasi mandala purba. (2) Peningkatan kesadaran dan energi pada diri saya pribadi: perjalanan ini memberi momentum untuk loncatan dan akselerasi pertumbuhan spiritual pribadi karena memang tak ada titik henti bagi pertumbuhan ini. Pada kasus saya, secara bertahap merealisasikan kualitas berbagai kategori sigma energy pada diri saya. (3) Di setiap daerah yang saya kunjungi, saya memetakan potensi di berbagai bidang; saya juga bisa bertemu para murid dan mendorong ada inisiasi pergerakan yang revolusioner seperti di Belitung dan Lombok Tengah.
Di Manado saya jalan-jalan, menikmati makanan yang enak-enak – antara lain kepala kakap bakar, dan di beberapa tempat sesuai dengan tuntunan Gusti, saya lakukan hening penyelarasan. Sementara acara puncak saya laksanakan di Uluna Tondano, sebuah kolam mata air yang dinaungi pohon besar. Tapi saya juga menikmati lezatnya lobster goreng dan cah kangkung segar di resto di tepian Danau Tondano.
Saya mau bergeser sedikit ceritanya. Satu vision yang muncul adalah Donald Trump Jr, Presiden Amerika sebelum Joe Biden. Dia ini dulunya kapitalis sejati. Dengan cara yang absurd dia bertransformasi menjadi patriot dengan slogannya Make America Great Again (MATA) di usia yang terbilang lanjut. Di masa kepresidenannya AS tak terlibat perang apapun. Ia berani membuat keputusan AS keluar dari WHO dan ia punya bercandaan terkena Covid lalu sembuh begitu saja. Bagi saya, ia dapat anugerah pertobatan karena karena karma baiknya, antara lain sikapnya yang apa adanya jauh dari kemunafikan dan topeng pencitraan. Lihatlah cara dia bicara atau pidato yang 180 derajat berbeda dengan Biden. Trump adalah bad guy yang bertransformasi jadi patriot bagi bangsanya. Tak heran ia punya banyak musuh, ia kalah dalam pilpres 2020 karena oligark/the shadow tak suka padanya. Tapi tetaplah ia bagian dari keajaiban dunia yang sedang menyatakan dirinya, sebagaimana yang terjadi pada Vladimir Putin maupun Mohammad bin Salman – meski mekanismenya berbeda.
Di Indonesia biarlah juga terjadi keajaiban, sesuai rancangan agung Tuhan Yang Maha Esa, selaras dengan KehendakNya.