Skip to main content

Apa yang dilakukan Elon Musk dengan mendukung Partai AfD (Alternative für Deutschland (AfD), partai sayap kanan Jerman yang didirikan pada tahun 2013, dalam pemilu di Jerman telah menimbulkan gelombang pro dan kontra di Eropa. Setelah wawancara dengan Elon, Alice Weidel pemimpin AfD diprotes oleh sekelompok sayap kiri Antifa. Jalan tempat Alice akan mengumumkan pencalonannya sebagai calon Kanselir di blok massa agar delegasi tidak bisa menghadiri . Tidak hanya itu, Antifa juga menyerang polisi dan wartawan yang meliput aksinya. Agak aneh bagi negara yang konon sudah berdemokrasi lama. Masak sebuah partai ingin mengumumkan pemimpinnya menjadi calon kanselir ditentang sedemikian keras? Sebuah tindakan yang tidak akan terjadi bila tidak ada pendukung kuat di belakang. AfD juga sedang menghadapi tantangan upaya 40 anggota parlemen Jerman menginisiasi untuk melarang AfD ikut pemilu.

Partai AfD sendiri setelah wawancara di “X”, menurut lembaga survei (YouGov Poll) mendapat kenaikan dukungan di Jerman. Sampai tanggal 11 Jan 2025, AfD mendapat dukungan terbesar kedua (24%), beda 5% dari partai Union (29%) yang memperoleh dukungan terbanyak dan lebih unggul dari partai kanselir Olaf Scholf (SPD) yang menduduki urutan ke tiga. Status via X.

AfD oleh “demokrasi versi Uni Eropa” dianggap nyempal karena pro-Elon dan Rusia, serta tidak mau membantu Ukraina. Demokrasi versi EU adalah bila pro barat/AS, bila hasilnya tidak pro barat/AS maka dianggap tidak terjadi pemilu yang demokratis. Upaya seperti ini kita kenal saat peristiwa Maidan Squire di Ukraina seperti yang saya pernah tulis sebelumnya dan secara gamblang dijelaskan dalam film “Ukraine on Fire” (https://shd2024.com/ukraine-on-fire/) yang di produser oleh Oliver Stone.

Saat ini di Eropa juga sedang terjadi pemaksaan demokrasi versi EU/AS di beberapa negara:
• Georgia: pemilu yang sah memenangkan Mikhail Kavelashvili sebagai presiden Georgia. Namun karena arah politiknya melawan EU/AS, maka upaya-upaya “Maidan Squire” dilakukan disana. Beruntung, protester yang konon sebagian pendatang bisa dipadamkan dan Mikhail akhirnya dilantik menjadi presiden Georgia.
• Rumania: pemilu yang memenangkan Călin Georgescu, yang pro-kremlin digagalkan oleh Mahkamah Konstitusi (tekanan dari EU dan AS) dan diminta untuk dilakukan pemilu ulang. Saat ini gelombang untuk

Menarik, mendengar pernyataan Thierry Breton, mantan aggota komisi EU (2019-2024) dengan gamblang menyatakan bahwa: “kita melakukannya di Rumania (membatalkan pemilu), tentunya kita bisa lakukan di Jerman, bila diperlukan (bila AfD menang)” dalam sebuah wawancara di TV Perancis. Status via X.
Breton adalah pejabat EU yang sempat menyurati Elon Musk dan mengancam melarang X di Uni Eropa. Ancaman ini rupanya kurang populer sehingga, bossnya Ursula Von Der Leyen (presiden EU) harus memecatnya (resminya Britton mengundurkan diri) untuk menyelamatkan muka EU.

Apa yang dilakukan EU (dengan dukungan AS lewat pemerintahan Biden) untuk menetapkan satu demokrasi yang benar, mulai terungkap dan membuka mata sebagian rakyat Eropa. Gelombang demonstran (100-200.000 orang) di Rumania yang mendukung presiden yang digagalkan, mulai turun ke jalan melawan EU. Mereka mulai sadar pentingnya media independen dan mulai mengejek wartawan dari kantor berita mainstream yang meliput di lapangan, dan selama ini memberitakan berita sesuai kepentingan penguasa.

Menurut saya, apa yang dilakukan Elon Musk untuk AfD ternyata efeknya tidak hanya di Jerman, tapi juga di negara-negara Eropa lainnya.