Skip to main content

Malam hari, 14 Oktober 2024, saya akhirnya dapat sinyal kosmik untuk pulang ke Indonesia, memungkasi perjalanan ke beberapa kota di Vietnam dan Kamboja. Missi telah tertuntaskan seutuhnya. Maka saya memesan tiket Vietnam Air dari Ho Chi Minh ke Jakarta untuk keesokan harinya. Uniknya, ada juga sinyal untuk mengenakan kemeja batik tulis yang saya beli di Jogja, dengan warna dan corak klasik, bermerek Sri Djaja (dibaca Sri Jaya).

Sri Jaya, artinya adalah kejayaan atau kemenangan yang agung. Frase ini punya arti sangat penting bagi saya. Mengapa? Karena sudah lama saya hidup dalam perjuangan suci. Di dalamnya ada pergulatan antara kebajikan dan kejahatan, kebenaran dan kesesatan. Tentu saya berpijak di pihak dan jalan yang saya sadari sebagai kebajikan, kebenaran, yang membawa pada keselamatan. Telah tertanam kuat di kesadaran saya, bahwa sisa hidup saya sebagai manusia di bumi saya dedikasikan untuk merealisasikan visi: NEGERI SURGAWI, BUMI SURGAWI.

Adalah fakta, bahwa peradaban manusia berulang kali jatuh bangun. Ada masa-masa kejayaan, ada masa-masa kenestapaan. Kita bicara pada konteks negara, Indonesia yang merupakan kelanjutan Nusantara Kuna, jelas sedang ada di titik rendah secara kebudayaan, keberdikarian, kedaulatan dan kualitas lingkungan. Kita bisa menyatakan hal seperti ini karena punya pembanding; Indonesia di kisaran 1955-1960 misalnya, saat kita dikenal sebagai motor kebangkitan bangsa-bangsa Asia Afrika. Mundur ke belakang, jelas bahwa ada keagungan dan kejayaan di masa lalu yang mengiringi berbagai kerajaan di Nusantara; Majapahit, Sriwijaya, Singasari, Kahuripan, Mataram, dan seterusnya. Kita memang pernah menjadi negeri surgawi, yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja.

Bicara peradaban global saat ini, jelas kita ada di era kegelapan dalam waktu lama; dunia dicengkeram sekelompok orang yang sangat kuat, yang bisa mengatur kapan ada perang, pandemi, krisis iklim, demi kepentingan mereka sembari merugikan banyak manusia. Ketimpangan kesejahteraan, kemiskinan yang akut di berbagai kawasan, keserakahan dan ilusi yang terlembaga, kerusakan hutan, tanah dan mata air – adalah beberapa indikasi peradaban global yang menurun. Tentu saja, kehadiran beberapa sosok dengan karakter dan kekuatan di luar imajinasi seperti Vladimir Putin, Mohammed bin Salman, Kim Jong Un hingga Ibrahim Traore dan Donald Trump, yang berani membongkar tatanan lama, menjadi pemicu adanya harapan baru. Mereka menjadi antitesis dari Klaus Schwab, Joe Biden, NATO, EU, keluarga Rotschild, BlackRock, dan semacamnya.

Di titik ini, saya mengambil pilihan yang jelas dan tegas, mengikuti arus baru, membangun dunia baru dan peradaban baru, di atas landasan keheningan dan kesadaran murni. Memangnya bisa apa seorang SHD? Ini bukan tentang kita bisa apa yang menunjukkan kita sekuat apa. Ini tentang memberi makna bagi hidup. Hidup harus dijalani dalam kebenaran sejati, dengan segala karya yang selaras dengan gerak kosmik yang ada dalam alur penataan dan perbaikan di berbagai kawasan dan berbagai bidang. Ini fenomena lumrah, karena ada kecerdasan tanpa batas di luar manusia -yang seringkali terlalu sombong merasa bisa semaunya dan semena-mena; ada entitas ilahi yang bekerja menyeimbangkan dan menyelaraskan kehidupan di Bumi.

Apa yang kita lakukan saat ini, mulai dari menyebarkan ajaran spiritual murni, mengembangkan seni budaya Nusantara yang luhur, memulihkan tanah, mata air, dan berinovasi dalam peningkatan keswadayaan pangan, dan keseluruhan kegiatan kita lewat berbagai institusi yang kita kelola: Persaudaraan Matahari, Pusaka Indonesia, DGI, adalah bagian dari upaya menyelaraskan diri dengan pergerakan Semesta yang menuju kepada kebangkitan peradaban: merealisasikan kembali visi Negeri Surgawi dan Bumi Surgawi. Kerja kita memang masih kecil tapi tidak remeh temeh, hanya menunggu momentum yang tepat untuk menjadi kerja kolosal yang agung.

Di luar kerja yang material, ada pekerjaan dalam sunyi, seperti diam padahal bekerja, yang dalam tradisi spiritual disimbolkan dengan patung Sleeping Buddha. Inilah pekerjaan di tataran energi, kerja penyelarasan, mengakses dan mendayagunakan kekuatan agar tercipta keajaiban, agar tercipta kemenangan yang diluar imajinasi banyak orang. Inilah yang saya kerjakan secara konsisten sejak 2019 setelah beres dengan diri sendiri, tuntas dengan segala urusan sisi gelap pada diri sendiri.

Hari-hari ini, datang anugerah yang teramat besar. Dukungan kosmik bagi perjuangan suci kita makin besar, membuat segala kemungkinan tentang kemenangan, keberhasilan, momentum materialisasi dan realisasi, makin terbuka lebar. Missi inilah yang baru saja saya tuntaskan; menggenapi segala persyaratan agar kita mengalami kejayaan dan kemenangan yang agung.

Akankah Anda berjuang sepenuh hati menjadi manusia berjiwa murni, lalu ikut serta dengan totalitas di dalam perjuangan suci ini?

#trisulawedha #theholykingdom #negerisurgawi #bumisurgawi

Setyo Hajar Dewantoro

The Architect of Civilization, The Alchemist, The Game Changer

Leave a Reply