Kalau kita bicara kolusi di negara kita mungkin kita sudah biasa mendengarnya. Hakim yang disuap, politisi masuk penjara atau media yang berpihak pada yang bayar. Namun bila ini terjadi di sebuah negara yang konon sebagai salah satu pilar demokrasi seperti Inggris, mungkin kita agak terkejut.
Dalam tulisan saya sebelumnya, saya menyebut EU (European Union) semakin masuk ke zaman kegelapan dengan mengatur berita mana yang misinformasi dan disinformasi. Ternyata ini berlaku juga di Inggris walaupun sudah keluar dari EU sejak tahun 2020, atau dikenal dengan istilah Brexit. Sepertinya baik Inggris dan EU dikendalikan oleh orang yang sama sehingga dalam hal pengendalian informasi sami mawon.
Ada sebuah kasus yang viral di Inggris dimana seorang wartawan (akan) ditahan karena memberitakan fakta-fakta di pengadilan yang tidak sesuai dengan kepentingan penguasa. Nama wartawan ini dikenal dengan Tommy Robinson. Untuk membela kasusnya, Tommy membuat film dokumenter dengan judul “Silenced” (dibungkam). Tentu saja, film ini dilarang beredar di Inggris (bagian dari saringan misinformasi dan disinformasi). Beberapa hari yang lalu Elon Musk, me-repost film ini di akun-nya (Status Elon Musk) dan sudah ditonton oleh lebih dari 1.8 juta.
Tommy sendiri memang bukan orang suci. Terlibat beberapa kali kasus yang membuatnya masuk penjara. Dikenal juga dengan pendukung politik faham anti-Islam. Tapi, terlepas dari latar belakangnya dan afiliasi politiknya, apa yang diceritakan di filmnya layak membuat kita terkejut dengan apa yang terjadi di Inggris.
Kasus ini dimulai dengan sebuah video menunjukkan seorang anak diserang oleh anak lain di sebuah sekolah di Inggris. Kebetulan yang menyerang adalah anak Inggris asli, dan yang diserang adalah ex-imigran dari Syria yang beragama Islam tentunya. Video ini menjadi viral dan komunitas Islam di Inggris dan memblow up kasus ini menjadi kasus nasional. Di Inggris, sepertinya Eropa lainnya, lagi marak paham DEI (Diversifikasi, Equlity, Inklusi) sehingga kasus ini menjadi gorengan politikus bahwa menyerang anak imigran (minoritas) itu tidak baik.
Semua media mainstream dan politikus menghujat peristiwa ini. Mereka berlomba-lomba membela anak ex-imigran Syria yang menjadi korban dan menyerang anak Inggris asli. Kalau melihat kasus ini disini, maka tidak ada yang salah. Yang kemudian salah adalah media mainstream dan politikus tidak menyampaikan semua fakta, kalau tidak mau disebut menutupinya.
Tommy Robinson, melakukan investigasi independen dan menemukan fakta-fakta yang tidak pernah diungkap ke permukaan:
- Si anak dari Syria ini ternyata sering melakukan pemukulan kepada anak-anak gadis atau yang lebih kecil di sekolah. Catatan kekerasan kepada siswa lain lumayan banyak dan banyak saksi yang mengatakan anak ini mudah berbohong.
- Tangan yang diperban dalam video adalah hasil dia gagal memukul anak-anak wanita di sekolah.
- Banyak guru-guru yang tidak boleh menceritakan apa yang terjadi sebenarnya bahkan sebagian diberi uang “tutup mulut” untuk diam
Tommi sendiri harus menerima ancaman dan akhirnya harus bercerai dengan istrinya demi keselamatan mantan istri dan anak-anaknya. Rumah orang tuanya juga sempat dilempar batu.
Di pengadilan, sebagian anak-anak yang menjadi korban kekerasan anak ex imigran Syria sempat bersaksi. Tapi diabaikan oleh hakim. Hakim juga menolak catatan sekolah yang menunjukkan anak ex imigran Syria ini mempunyai catatan melakukan bully (perundungan) ke anak-anak lain. Tommy akhirnya dinyatakan bersalah oleh pengadilan.
Melihat film ini seperti melihat, keadilan telah hilang di Inggris dan kalah dengan kepentingan politik. Hakim dan wartawan dibayar untuk kepentingan politik. Apa yang salah jadi benar dan yang benar jadi salah.
Melarang tayang film dokumenter “SILENCED” di Inggris jelas bagian dari melarang kebebasan rakyat Inggris untuk mendapat informasi yang utuh. Alasan pengaturan atas misinformasi dan disinformasi berita adalah sebenarnya untuk menggiring rakyat hanya pada satu opini, yaitu opini penguasa. Dengan demikian, tanpa disadari kita digiring kepada apapun agenda penguasa pasti benar dan kita tidak punya alasan tidak mengikutinya.
Kembali lagi, mari kita menjadi pembaca berita yang cerdas dengan selalu melihat dari dua sisi.
Eko Nugroho
Wakil Ketua Umum Pusaka Indonesia