Skip to main content

Setiap orang tentu punya cerita tentang perjalanan spiritualnya yang unik dan bisa berbeda-beda. Perkenankan saya menceritakan liku-liku perjalanan saya. Pasti ada banyak pelajaran yang bisa dipetik; saya jelaskan apa adanya proses yang saya tempuh hingga mencapai puncak perjalanan spiritual yang mungkin diraih manusia penghuni Bumi. Bagaimanapun, apa yang saya raih ini sebenarnya merupakan hasrat yang paling murni dari jiwa Anda semua. Saya menceritakan cerita sukses tentang evolusi jiwa menuju kesempurnaan.

Sebenarnya, ketertarikan tentang apa yang saya pahami sebagai spiritualitas, sudah muncul sejak masa saya muda. Pada awalnya saya mencarinya dalam sufisme: maka banyak karya tulis tentang sufisme saya pelajari: Minhajul Abidin karya Imam Ghozali, Al Hikam karya Ibnu Athailah, plus karyanya Ibnu Arabi dan Rumi saya selami. Saya juga pelajari buku tulisan Imam Khomeini, Murtadha Muthahari, Sayyed Hosein Nasser hingga Sachiko Murata. Walhasil, di otak saya penuh dengan wawasan spiritual, tapi saya belum temukan kebahagiaan sejati. Sejak 2004 saya mulai memperluas bacaan, mencakup yang diluar tradisi Islam. Karya dari James Redfield, Robin Sharma, Dalai Lama dan banyak lagi,,saya selami. Ya hasilnya sama, teori tambah banyak, penderitaan belum lepas.

Sejak 2008-2016, saya banyak berpetualang mempelajari dan mempraktikkan “ajaran spiritual Jawa/Nusantara.” Petualangan ini bentuknya adalah benar-benar melakukan pengembaraan dan tapa brata di berbagai tempat yang disakralkan: candi, makam, hutan, gua, gunung. Tempat yang dianggap serem pernah deh saya datangi: Alas Purwa, Alas Ketonggo, Gua Langse, Puncak Sangalikur, Gunung Arjuna, hingga hutan Loksado. Juga dengan belajar ke banyak sesepuh: mulai dari yang Kejawen, Hindu Jawa, Tolotang, Permalim, Kanekes, Sunda Wiwitan, hingga Puang Matowa di Bugis. Belajar NLP Hipnoterapi, Yoga, juga pernah. Saya kemudian mengerti, dunia yang ini adalah “hutan rimba yang buas”. Anda culun, bego, atau cemen, ya habis. Apakah saya kemudian tercerahkan? Ya jelas tidak. Saya sering bilang, di 2015 akhir kalo saya mati ya pasti jadi tahanan demit di dimensi bawah. Gimana tidak? Sok spiritual tapi jiwanya keruh. Sudah ngerti teori meditasi nafas, dewa ruci, guru sejati, rasa sejati, tapi ya belum nemu teknik yang benar-benar pas untuk memurnikan jiwa raga. Ya mau gimana, semua buku yang saya baca, tidak menjelaskan metodologi yang rinci dan terukur. Sementara guru yang ngajari saya pada umumnya terjerat dengan ilusinya masing-masing.

Sejak 2016 saya nekad jadi guru spiritual yang mandiri. Tapi jelas saya tidak manfaatkan jaringan yang dibangun mantan guru/partner saya. Saya bangun semua dari nol lagi. Hingga 2018 akhir, jatuh bangunnya sangat asyik. Saya jelas belum tercerahkan, tapi mulai mencicipi bahagia yang murni. Beberapa kali nyaris mati karena serangan metafisik. Beberapa kali komunitas saya bubar, dan polanya selalu sama: ada yang pura-pura jadi murid, sabotase dari dalam,,ambil alih jaringan saya. Pedih sih, tapi ya salah saya juga kenapa bego hi hi. Di 2019 awal saya baru merasakan namanya jiwa jernih secara cukup konsisten itu seperti apa. Ada beberapa momen yang kemudian jadi pemicu akselerasi pertumbuhan spiritual saya di 2019: perjalanan spiritual ke beberapa negara di Asia Tenggara: Singapura, Malaysia, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam. Lalu saya disentak kesadarannya di Hong Kong, sempat ngalami taifun, dan pesawat goyang asyik di atas Laut China Selatan. Selanjutnya hidup saya makin asyik setelah menemukan momen hening spesial di Lourdes, Perancis, dan bolak balik ke Roma menyusuri banyak gereja kuna.

Di 2020, saya dimatangkan lewat perjalanan spiritual ke London, Stonehenge dan Edinburg, Myanmar dan Thailand (lagi) – hingga menghayati makna The Headless Buddha. Lalu ada kunjungan yang terbilang gila ke Edinburg (lagi) saat Inggris mau lockdown, dan beneran Inggris lockdown sehingga saya harus pulang ke Indonesia ksrena hotel tutup semua. Tapi kegilaan yang satu ini menjadi beksl saya di masa sulit sepanjang 2020-2022. Saya tetap berkarya keliling berbagai kota di Indonesia untuk mengajar, tak peduli PSBB/PPKM. Selama masa sulit ini jelas saya bertumbuh, makin menyingkap banyak rahasia semesta, dan menghasilkan banyak buku baru, mulai dari Jumbuh Kawula Gusti, Tantra Yoga, Kesadaran Matahari dan Kesadaran Kristus.

Di 2022, saya dapat pengalaman asyik, sebagian murid yang dulu dekat, dan jelas saya menyayangi mereka semua sepenuh hati, yang dulu juga selalu berkata manis di depan saya, keluar dari Persaudaraan Matahari, berhenti jadi murid saya, lalu secara kolektif membuat kampanye hitam di Medsos selama berbulan-bulan dengan melabeli saya penipu, pengecut, predator, ilmunya hasil nyontek, si mata juling, dan sebagainya. Saya ambil keputusan tidak menanggapi sedikitpun, cukup blokir siapapun yang terlibat. Yang belum saya blokir ya tunggu waktu. Semua tuduhan itu ya jelas ajaib: saya nyontek sama siapa? Emang ada yang nulis tentang Suwung, Sastrajendra, Sangkan Paraning Dumadi, Tantra Yoga juga Kesadaran Matahari dan Kesadaran Kristus sebagaimana saya menguraikannya? Emang ada di google orang yang nulis tentang Druid, Headless Buddha, Shanaya, Shamballa, Shangrilla, dan Shalala persis seperti yang saya ceramahkan? Juga soal cara meningkatkan Level of Consciousness hingga metode evaluasi kualitas jiwa yang saya sebut sebagai Human Perfection Matrix? Hanya orang jahadddd dan tolol yang tidak bisa melihat ada keotentikan pada semua yang saya tulis dan wedarkan.

Nah, di tengah semua gempuran kampanye hitam itu, saya diperjalankan semesta ke Eropa sejak pengujung April 2022. Sejak saat itu saya sudah bolak balik ke Eropa 3 kali. Saya sebutkan kota-kota/tempat yang saya kunjungi: Zurich, Lucerne, Lisbon, Alfama, Sintra, Evora, Barcelona, Andorra, Monaco, Munich, Geneve, Strassbourg, Frankfurt, Cologne, Dusseldorf, Mount Taunus, Antwerpen, Den Haag, Luxembourg, Basel, Copenhagen, Mons Klin, Thessaloniki, Istanbul, Helsinski, Haltialan Forest, Porvo, Ljubljana, Vienna, Praha, Ankara dan Konya. Beberapa kota saya kunjungi 2-3 kali karena alasan tertentu. Di semua kota itu saya hening, belajar, dan menunaikan kerja kosmik.

Lalu, di Konya, saya mengalami penyempurnaan kesadaran, lewat tersingkapnya rahasia Zarathustra dan Ahura Mazda. Sebetulnya hal ini sudah tersingkap sejak bulan Juni saat kunjungan perdana ke Istanbul, saat saya hening sambil memandang Teluk Bosporus yang indah. Tapi di Konya, di malam yang syahdu,28 Juli 2022, tersingkap semakin utuh semuanya, hingga DNA saya dan realitas tubuh energi/tubuh kosmik saya diperbaharui. Saya dilahirkan kembali, demikian kenyataannya dalam versi terbaik dari diri saya. Saya merealisasikan 100% dari rancangan agung yang terkait dengan kualitas spiritual yang mesti ssya miliki. Inilah prasyarat agar saya bisa menjalankan tugas agung: memastikan Kaliyuga berganti ke Satyayuga, memastikan Bumi Surgawi kembali terjadi. Karena saya sadar missi saya, saya sadar siapa ssya, saya gak ngurusin yang ecek-ecek.

Tentang Ahura Mazda, saya sampaikan apa yang sungguh-sungguh dimengerti Zarathustra:
Ahura Mazda
“A Divine Reality such as Druid, Tao. He is Not God/The Source. He was the soul that reach PERFECTION since thousand billion years ago.
A derivation of Absolute Emptiness, with two main qualities of divinity; lord of live and creator of matters.”

Lalu siapakah Zarathustra?
Zaratustra was a person that can reach the existence of Ahura Mazda, then deliver His Teaching about Completion of Perfection. He teach about the method to Realize The Grand Design of Every Soul. His practical teachings are about truth and purity of thought, words and deeds.

Lebih jauh saya akan jelaskan ajaran Zarathustra ini dalam Webinar Khusus, dari kota yang segera saya kunjungi, pada waktu yang pas.

Lalu siapa Rumi? Dia penghayat ajaran Zarathustra yang harus berlindung dengan label baru di tengah perubahan politik-kebudayaan di kawasan Persia pada masa hidupnya. Dia cukup tercerahkan bersama partnernya Samsyuddin AtTabhrizi. Tapi jika mau merasakan pencerahan yang paripurna, singkaplah rahasia Zarathustra.

Yang pasti, di dunia ini pernah ada beberapa corak peradaban spiritual yang agung:
Peradaban Ahura Mazda di Persia
Peradaban Druid di Eropa
Peradaban Zeus di Eropa Juga (Greek-Roman)
Peradaban Tantra di Nusantara dan India
Peradaban Ra di Mesir/Afrika
Peradaban Tao di China/Asia Timur
Peradaban Putra Semesta: Yeshua dan King Arthur/Merlin

Kesemuanya telah saya hayati dengan utuh. Maka tugas saya adalah membangun peradaban yang menggabungkan semua kesadaran ilahi itu; saya menyebutnya PERADABAN SIGMA.

Konya, 29 Juli 2022
Setyo Hajar Dewantoro

Catatan:
Bukan berarti saya berhenti belajar dan bertumbuh. Saya masih punya waktu panjang. Tapi tugas saya di Bumi ini, yang pokok, untuk merealisasikan potensi yang ada di DNA, telah saya tunaikan. Selebihnya adalah bonus.

Setyo Hajar Dewantoro

The Architect of Civilization, The Alchemist, The Game Changer

Leave a Reply