Dari sekian banyak kota di Planet Bumi yang pernah saya kunjungi, tampaknya Bombay lah yang membuat saya tertakjub-takjub… wow… wow. Bombay (nama lama sampai tahun 1995) atau sekarang ini Mumbai dikenal sebagai kota bisnis, ibu kota finansialnya India. Penduduknya sekitar 12 juta orang, jika mencakup kawasan urban yang mengelilinginya, jumlah penduduk diperkirakan 23 juta. Inilah kota yang merepresentasikan situasi “pertarungan super ketat untuk bertahan hidup”. Di kota ini kemakmuran bersisian, berdampingan mesra, dengan kemiskinan akut.
Saya semula hendak ke Gateway of India, monumen yang berdiri tahun 1924. Ternyata Semesta menggerakkan saya ke Phoenix Palladium, pusat perbelanjaan yang cukup besar di Mumbai. Oh ya, di Mumbai kalau masuk hotel dan mall, diperiksa ketat seperti masuk ruang tunggu bandara. Sepanjang perjalanan pulang pergi naik Uber Taxi, saya melihat dan merasakan manusia yang bergulat dengan segala ambisi dan ketakutannya. Di jalanan susah melihat orang yang bisa menikmati suasana, menikmati hidup. Sebenarnya bukan hal yang aneh sih buat kita yang pernah hidup di kota-kota besar di Indonesia, profil Mumbai ini banyak kembarannya di slum area di Jakarta, Bandung, Semarang, Medan, Surabaya. Tentu sebagaimana Mumbai, kota-kota di Indonesia juga sedang berbenah.
Saya digerakkan menginap di Grand Hyatt Mumbai, hotel yang mewah, tenang, seperti oase di tengah keruwetan dan kekumuhan. Begitu keluar hotel…. suasana memang jadi berbeda: inilah dunia nyata! Suasana asyik seperti yang saya alami saat berjalan-jalan di kota yang lebih tertib dan memang pusat wisata seperti Ho Chi Minh, Hanoi, apalagi Zurich dan Andorra, belum saya temui. Tampaknya baru akan saya nikmati keindahan India siang ini saat saya sampai di Srinagar, Kashmir.
Tulisan ini singkat saja. Saya dapat bahan renungan tambahan, memang tidak mudah mengatur populasi manusia yang besar dan dilanda kemiskinan, pendidikan yang rendah, dan budaya sak karep dewe.
Bisa apa para Guru Meditasi dan Yoga dalam situasi begini? Kan India pusatnya yoga, meditasi, spiritualitas dunia. Bisa apa saya kalau menghadapi keadaan begini?