Skip to main content

Di dalam diri manusia, yang menjadi esensi setiap jiwa, ada kecerdasan tertinggi, yang mempribadi sebagai Diri Sejati. Inilah yang disebut sebagai Tuhan di dalam diri. DIA selalu memberikan tuntunan agung, yang bisa dimengerti di dalam keheningan. Tuntunan itu bisa berupa “suara”, ” pengertian” atau “simbol”. Inilah yang juga disebut sebagai ” Petunjuk Semesta” atau “Titah Semesta”. Hidup saya adalah tentang kesetiaan total mengikuti ” Petunjuk Semesta” atau “Titah Semesta” ini, apapun resikonya. Bahkan ketika pesan dan titah itu meresikokan nyawa, bertentangan dengan moralitas umum, membuat diri tak populer dan dikecam banyak orang, kehilangan segala yang berharga, tetaplah saya jalani. Saya pasrah 100%, berserah diri 100%, lebur dalam gerak semesta.

Maka, datang ke Prague/Praha, Ceko, negeri asal dua pemain baru Persija Jakarta, merupakan titah semesta. Saya tak ada rencana datang ke sini, tapi nyatanya sampai juga, naik bus sekitar 4 jam dari Vienna Austria. Saya juga pada mulanya tak tahu mesti berbuat apa dan mengunjungi tempat mana. Hingga kemudian menjadi jelas 3 tujuan utama: hening cipta di Astronomy Clock Praha, hening cipta di Danau Vidlak, sekitar 70 km dari Praha, dan hening cipta di Hotel Cosmopolitan Praha tempat kami menginap.

Itulah yang saya jalani sepenuh hati. Astronomy Clock bisa ditempuh dengan jalan kaki, sekitar 10-15 menit dari Hotel Cosmopolitan. Menelusuri are pedestrian di Praha sangatlah mengasyikkan, apalagi di kawasan Old Town. Jalanannya disusun dari bebatuan, peninggalan jaman Romawi. Di sekelilingnya, banyak ikon peradaban klasik. Ini kota yang masih memelihara warisan agung dari masa lalu. Masa lalu, masa kini, masa depan, bersanding harmoni di sini. Saya rasakan, aura kebahagiaan dan kedamaian orang-orang di Praha/Ceko terbilang tinggi. Di sini umumnya orang bisa menikmati hidup, tidak mengejar bayang-bayang. Saya dapat informasi, Praha memang kota yang mendapat kepedulian penuh dari para tokoh UNESCO, hingga sebagian mereka memilih dimakamkan di kota ini. Saya juga menilai kota ini layak jadi markas besar Persaudaraan Matahari di Eropa (kalau ini namanya dream, he he).

Sebelum saya berkunjung, saya bisa mendeteksi Praha adalah mystic city, ini kota dengan aura mstik yang kuat, terkuat di dunia, banyak misteri tersembunyi. Banyak orang/sosok yang punya pengaruh global, akar kekuatan supranaturalnya ada di sini. Maka saya harus menyiapkan secara khusus anggota tim saya sebelum datang ke sini. Inilah terapan dari prinsip eling lan waspada. Tanpa itu bisa berabe urusannya.

Satu hal yang saya sukai di Praha, mereka juga sudah total tidak lagi ikutan drama perkopitan. Bebas merdeka. Manusia hidup sebagaimana mestinya tanpa paranoia. Para pejabat Indonesia, orang-orang kaya di Indonesia, perlu piknik ke sini saat ini. Saya selami, angka korupsi di pemerintahan Ceko juga sangat minimalis, nyaris zero. Semangat mengayomi warga terbilang tinggi, gak ada prinsip, “Kalau bisa dibuat susah kenapa mesti dibuat gampang?”

Praha, menjadi bagian dari penggenap puzzle perjalanan spiritual yang saya lakukan bersama tim dari Persaudaraan Matahari. Di sini pula muncul momen untuk konsolidasi kepengurusan di Persaudaraan Matahari untuk bisa go global. Saya mengambil keputusan penggantian pimpinan eksekutif Persaudaraan Matahari di Praha.

Dalam hening cipta di puncak menara Astronomy Clock Praha, muncul beberapa kesadaran:
“Waktu, adalah konsep yang membuat kita mengerti batasan dalam keabadian yang tanpa batas.
Waktu adalah realitas di dunia material, di mana ada permulaan dan ujung, ada awal dan akhir. Dalam kekosongan absolut, tak ada realitas waktu.
Waktu adalah tentang siklus. Dengan waktu, kehidupan memperbaharui dirinya. Dengan waktu yang keliru bisa dikoreksi.

Waktu, yang dijalani manusia di Bumi, selalu terkait dengan tatanan kosmik. Gerak waktu mempengaruhi manusia, menciptakan momentum. Tapi nasib manusia, ditentukan oleh kecakapan dalam menggunakan free willnya: menangkap momentum, mendayagunakan momentum.
The Constructor of Time, The Guardian of Time, adalah Divine Soul yang termaterialisasi sebagai Astronomy Clock Praha. Dia hidup, dia mengawasi. Dia bersabda: Waktunya telah tiba. Tak ada yang bisa melawan kekuatan dari waktu. Siapapun yang menyatu dengan kekuatan Sang Waktu, tak akan terkalahkan. Inilah waktunya Bumi diperbaharui, inilah saatnya dimulai jaman baru, jaman kegemilangan – titik balik dari masa dominasi keangkaramurkaan menjadi bersinar terangnya cahaya murni. Inilah momennya Bumi dalam hubungan terkuat dengan Matahari: jika kekuatan Ra dipergunakan, Bumi di bawa ke jaman baru yang surgawi, jika kekuatan Ra diabaikan, bumi akan terbakar berubah jadi gurun pasir.
Sang Penjaga Waktu, telah dikenali sejak jaman Romawi yang sangat kuna. Kini ia siap bekerjasama kembali dengan Sang Raja.”Sementara itu, Hening Cipta di Danau Vidlak, adalah tentang keselarasan mikrokosmos, makrokosmos, mahakosmos. Keselamatan umat manusia di Bumi tergantung dari kehendak kuat untuk hiduo memuliakan Ibu Bumi, selaras dengan kekuatan air, tanah, api, udara, juga kekuatan matahari, Hari-hari ini, masih ada orang-orang yang serakah dengan segala manuvernya: heat wave, plandemic, depopulasi, dan semacamnya. Maka saatnya kekuatan air, tanah, api, udara, bumi, matahari, bulan, bintang, bekerja menyelaraskan semuanya.
“Lebur segala hal yang harus sirna, terpelihara segala hal yang harus tetap ada, tercipta hal baru yang mesti mengada – untuk Bumi Surgawi.”

Thank You Prague!

Setyo Hajar Dewantoro

The Architect of Civilization, The Alchemist, The Game Changer

Leave a Reply