Skip to main content

Hidup di tataran fisiknya, selalu terbatasi ruang waktu. Jika Anda ada di sini, Anda tak ada di sana. Ada saat Anda terlahir, ada saat kematian datang.

Dalam perspektif spiritual, kelahiran adalah kesempatan untuk belajar kembali tentang kehidupan. Dalam hidup dengan badan fisik setiap jiwa berkesempatan menyempurnakan realitasnya, bertumbuh dan menemukan kebahagiaan sejati. Kematian kemudian menjadi pembuktian pamungkas tentang bagaimana seseorang menggunakan free will dan waktu yang disediakan, apakah benar-benar ada di jalan kebenatan atau justru terjerumus dalam kesesatan.

Sebenarnya, buat yang bisa menggunakan rasa sejatinya secara sempurna, tentu saja nasib orang dan perkara kebenaran/kesesatan telah sangat jelas saat ini juga, saat masih memiliki badan fisik. Tapi buat yang hidup dengan pikiran egoistik, jelas ada tabir yang tebal antara diri mereka dan kasunyatan. Mereka itu, realitas dirinya saja tak mengerti, bagaimana juga hendak mengenal dan mengetahui realitas orang lain.

Bagi yang tertabiri oleh segala ilusi, kebenaran akan disingkapkan dalam kematian. Apakah diri ini selamat atau celaka? Semua terikat matematika semesta yang presisi. Tiada lagi dusta, tiada lagi kamuflase. Lalu saat masa itu tiba, mudahkah bagi orang-orang yang hatinya penuh kejahatan untuk tertolong? Tentu saja tidak mudah.

Lebin rasional jika Anda berjuang memurnikan jiwa raga saat ini juga. Pastikan Anda selamat pada saat ini, bukan berspekulasi pada saat nanti.

Zurich, 31 Maret 2022

Setyo Hajar Dewantoro

The Architect of Civilization, The Alchemist, The Game Changer

Leave a Reply