Bagi siapapun yang terus tekun menjalankan keheningan dan setia total pada tuntunan Gusti yang muncul dari relung hati, pertumbuhan kesadaran yang terus menerus menjadi sebuah keniscayaan. Tak ada batas bagi pertumbuhan kesadaran, karena kesadaran murni adalah realitas tanpa batas. Setiap manusia menciptakan batasan sendiri dalam mewadahi kesadaran murni ini sesuai dengan rajutan karmanya. Saat rajutan karma berubah maka batasan ini juga pasti berubah.
Jiwa manusia memang selalu ada dalam gerak evolusi menuju kesempurnaan, jika manusia memang mau bertindak selaras dengan alur evolusi. Pergerakan maju dalam evolusi jiwa berjalan seiring dengan peningkatan kemurnian jiwa – maka hening adalah kata kunci. Tiada evolusi menuju kesempurnaan tanpa hening yang benar dan konsisten.
Saat yang sama, peradaban manusia ada dalam dinamika atau pergerakan bangkit dan tenggelam sesuai dengan realitas kesadaran manusia secara kolektif. Ketika tingkat kesadaran kolektif menurun sebagai hasil dari mayoritas penghuni Bumi yang memilih abai terhadap jalan keheningan maka peradaban manusia juga mengalami kemunduran, kejatuhan, semakin jauh dari idealitas Bumi Surgawi. Itulah yang terjadi saat ini, tingkat kesadaran kolektif global menurun sejak abad 15 saat pilar pertahanan terakhir dari kesadaran murni: Majapahit, tumbang. Maka keserakahan kemudian makin dominan, kejahatan mencengkeram dunia, dengan para pengendali sekelompok kecil orang kuat dan pintar yang kita sebut Elit Global.
Sejak 2019 pada diri saya tumbuh kesadaran tentang perlunya mengambil tanggung jawab memimpin perjuangan suci mewujudkan kembali Bumi Surgawi. Sungguh berkobar semangat untuk mengubah dunia karena muncul visi yang indah dan agung tentang peradaban di Bumi. Ternyata, di Bumi ini berkali-kali pernah ada peradaban yang luhur, dengan fondasi tingkat kesadaran kolektif yang tinggi. Bumi di masa ini ada pada idealitasnya: diliputi kehidupan dimana bersanding harmoni spiritualitas, seni yang bercitarasa tinggi, kemajuan teknologi, kemajuan ekonomi dan stabilitas politik.
Berbagai jejak dari peradaban di masa lalu coba ditutup oleh mereka yang mau menghapus memori indah tentang peradaban masa lalu. Coba ditanamkan kepercayaan bahwa Bumi Surgawi tak pernah ada dan tak mungkin ada. Tapi apa yang memang nyata ada pasti tersingkap pada waktunya: jejak dari masa lalu seperti candi, kuil, piramid, pada waktunya bisa dimengerti secara tepat apa fungsinya di masa lalu dan bahwa karya arsitektur purba itu adalah produk kebudayaan yang luhur. Lebih dari itu, hening yang saya lakukan di berbagai mandala purba di berbagai belahan dunia mulai dari Danau Toba di Sumatra Utara, Perbukitan Menoreh di Jawa Tengah hingga Pegunungan Pyreenes di Andorra, Pegunungan Alpen di Swiss dan perbukitan Taunus di Jerman, membuat saya bisa menyingkap misteri yang tersingkap di Acashic Record atau Server Semesta. Bumi Surgawi pernah ada dengan epicentrum berbeda-beda di berbagai era.
Kini, di 2024, secara pribadi saya telah jauh bertumbuh dalam perkara kesadaran; saya telah menjangkau ruang kesadaran yang sangat tinggi yang sulit diimajinasikan manusia. Apalagi manusia yang penuh ilusi tentang rumusan manusia sempurna, orang suci – dan sangat terbatasi cakrawala pandangnya oleh dinding dunia material. Maka seiring dengan kesadaran terkini, saya bisa tahu bahwa kita memang tengah bergerak menuju Bumi Surgawi. Era Bumi Surgawi sedang berproses untuk muncul kembali. Di tataran politik global, manuver dari Vladimir Putin dan Mohammad bin Salman mengindikasikan anomali yang menyenangkan: tatanan lama sedang dibongkar! Saat yang sama, beragam energi purba terbangkitkan dan itu sangat mempengaruhi konstelasi energi yang menyelimuti Bumi saat ini. Saya sungguh sangat optimistik karena menyaksikan berbagai dinamika dan pergerakan yang tak dilihat banyak orang.
Pertanyaannya, Anda mau apa? Mau terus sibuk dengan drama kehidupan Anda atau mau terlihat dalam perjuangan suci menuju Bumi Surgawi yang kita realisasikan melalui HENING DAN BERAKSI. Jika Anda mau berjuang bersama saya maka Anda harus membangun 4 karakter ini:
1. SIncerity = berkarya tanpa pamrih egoistik, berjuang karena dorongan jiwa tanpa kalkulasi untung rugi.
2. Endurance = daya tahan, kemampuan mempertahan sebuah kondisi yang sama terus menerus
3. Persistence = kegigihan, kemampuan untuk melakukan sesuatu terus menerus
4. Resilliency = kemampuan seseorang untuk bertahan ples memulihkan diri dari kesulitan, dengan makna bukan hanya berdiri kokoh seperti batu karang berdaya tahan tinggi, namun kemampuan menjadi lentur/ fleksibel dalam berdaptasi dalam berbagai perubahan.
Babaji, Immortal yang bertempat di Kailash, Himalaya, menegaskan keempatnya sangat dibutuhkan dalam revolusi kesadaran yang sedang diperjuangkan bersama dibawah komando pemimpin agung. Tapi hati-hati terjebak dalam kekeraskepalaan karena ketiganya membutuhkan beberapa elemen penting yang akan menjadi ‘kunci emas’ keberhasilan.
Ketulusan.
Daya tahan tinggi dan Kegigihan dapat dilakukan dengan landasan hasrat egoistik dan sisi gelap; watak angkara, luka batin. Tanpa ketulusan keduanya hanya akan membawa bumi ini semakin kehilangan ruang kesadarannya yang mulia dan agung. Tanpa ketulusan keduanya hanya akan menggerogoti tubuh dan jiwa menunggu sampai keadilan semesta tiba.
Babaji menekankan resilliency, layaknya gunung Kailash yang selalu dianggap misterius. Yang ternyata memang semisterius itu apabila kekuatan primordial yang ada di sana baru bisa dibangkitkan setelah hadirnya sang juru selamat. Itupun harus menunggu sampai sang juru selamat berada pada ruang kesadaran nun jauh di atas sana yang tidak mungkin dijangkau oleh manusia lainnya.
Kemampuan menjadi lentur/ fleksibel inipun bukan dalam pengertian menjadi pandai memanipulasi dan menjadi ulet dalam bentuk kelicikan. Ada benang merah halus yang menjadi pembeda. Yang hanya akan bisa dijangkau melalui keheningan. Karena ketulusan paripurna merupakan buah dari keheningan.
Seseorang bisa menjadi sangat gigih, dan berdaya tahan tinggi demi mencapai tujuan, cita-cita, keinginan dan obsesinya tanpa mengetahui apakah tujuan itu selaras atau hanya berupa hasrat egoistik.
Dalam perjalanan keheningan yang kita lakukan bersama dan kita sebut dengan spiritual murni, banyak ditemukan kegigihan dan daya tahan berbalut tujuan yang tampak murni dan selaras dengan landasan ajaran spiritual murni. Sehingga susah sekali membedakan mana produk sisi gelap (ambisi, obsesi) dan mana produk keheningan dan keselarasan.
Langkah paling mudah untuk mengenali adalah dengan fokus memperbaiki dan meningkatkan teknik hening, sehingga membuahkan hasil berupa proses purifikasi yang berkesinambungan dalam peningkatan, yang tidak melulu kembali ke titik 0. Dari sinilah, dengan luruhnya para sigel, maka ketulusan dapat tercipta. Sehingga kemudian berdampak langsung kepada endurance, persistence dan resilliency.
“Mengumpulkan jiwa-jiwa yang tulus menjadi pekerjaan rumah yang terbesar dalam perjuangan ini, namun bukan tidak mungkin. Sama seperti bangkitnya kekuatan ini setelah sekian lama pun tidak menjadi hal yang mustahil apabila tahu bagaimana cara menempuhnya. Maka jadikanlah ketulusan paripurna bagi diri sendiri terlebih dahulu agar semakin banyak lagi jiwa yang mampu menempuh lika liku perjalanan menuju ketulusan paripurna”