Skip to main content

RETREAT SENDIRI

Di sini, di tempat ini, saya mengikuti alur semesta yang memberi momentum bagi diri saya untuk sendiri dan merenungkan banyak hal. Tentang diri pribadi dan keluarga, jelas tak ada yang perlu banyak dipikirkan – semua ada dalam keadaan selaras meski tantangan selalu ada. Demikian juga soal lembaga-lembaga yang saya dirikan, semua telah ada di jalur yang tepat, semua bergerak maju.

Yang menjadi isi utama pikiran saya adalah tentang negara dan bangsa ini. Saya ada di momen “kegelisahan kreatif”: akan jadi apa Indonesia dengan mempertimbangkan dinamika yang terjadi di ranah politik, ekonomi, kebudayaan – termasuk memikirkan pengaruh dari dinamika geopolitik mutakhir.

Maka, dalam kesendirian, saya merenungkan semuanya sembari hening. Kata “kedaulatan” kemudian muncul untuk diberi perhatian: Indonesia memang secara formal merupakan negara merdeka, tapi siapa yang bisa menyangkal fakta bahwa kedaulatan sebagai sebuah negara-bangsa memang tergerus di sana sini.

Mulai dari konstitusi yang bergeser dari UUD 1945 ke UUD 2002 yang betul-betul mengubah fondasi dan rancang bangun Indonesia menjadi sangat “neoliberal”, hingga munculnya beragam UU yang jelas indikasi pengaruh kepentingan oligarkisnya. Praktik berpolitik jelas juga makin jauh dari Pancasila karena Ketuhanan Yang Maha Esa digeser “keuangan yang maha kuasa”, lalu Kerakyatan dan Hikmat Kebijaksanaan diganti dengan “pertimbangan taktis yang penting menang atau untung”. Rakyat jelatq, tanah, hutan seisinya, yang lalu jadi korban. Jelas “kedaulatan harus diambil kembali”.

Tapi bagaimana caranya? Sementara yang diberi mandat kekuasaan rela menjual kedaulatan yang dulu diperjuangkan dengan darah dan air mata. Yang saya saksikan mayoritas mereka ini hanya peduli pada diri sendiri dan anak istrinya. Sementara saya jelas adalah bagian dari rakyat jelata. Bisa apa? Punya kekuatan apa? Jelas bukan sesuatu yang selama ini diperhitungkan dalam panggung politik dan kekuasaan. Hati murni, gagasan agung, sudah lama tak dianggap penting di panggungnya “orang-orang besar”.

Dalam hening, dikuatkan kesadaran tentang keajaiban dalam perjuangan. Segala kiprah berbakti pada bangsa yang dijalankan dengan sukacita, tulus, konsisten, sunguh-sungguh, dibarengi perbaikan terus menerus, pasti mencipta momentum keajaiban berupa kemenangan dan keberhasilan yang melampaui segala imajinasi.

Tugas saya adalah menyalakan Obor yang menerangi anak bangsa agar mau berjuang dengan jiwa patriotik. Itulah yang telah dan akan dilakukan lewat wadah Persaudaraan Matahari dan Pusaka Indonesia. Lebih dari itu, tugas saya adalah melakukan penataan energi dan memainkan kekuatan magis semesta yang murni agar negara dan bangsa ini terbebas dari bahaya yang fatal.

Retreat sendiri ini, di tempat yang istimewa ini, memberi tambahan energi untuk berjuang dan mencipta keajaiban.

Spirit Of Saigon

Selengkapnya

Membangun Jangan Merusak

Selengkapnya

Bersatu Jangan Bertikai

Selengkapnya