Setelah puas berkeliling kota tua Alfama, saya duduk santai di tepi pantai, sambil menikmati minuman dingin yang segar. Mendadak, dari relung hati, ada tuntunan untuk pergi ke kota lain. Sayapun menggunakan alat bantu: Google. Saya cari situs-situs kuna di Portugal. Muncul dua nama yang paling kuat: Coimbra dan Sintra. Setelah saya resapi, panggilan dari Sintra jauh lebih kuat. Maka saya putuskan meluncur ke daerah ini. Ternyata dari Alfama jaraknya tak terlalu jauh, hanya 29 km. Saya bisa mencapainya dengan taksi, sekitar 40 menit.
Di sini, saya tak hanya menjalankan tugas kosmik. Tapi betul-betul mendapat penghiburan surgawi. Sintra adalah sekeping surga, indah sekali. Lokasinya di pegunungan, tentu hijau royo. Landscape keren, desain bangunannya terlihat kuna dan menyatu indah dengan bentang alam di situ. Banyak turis yang datang, bersuka cita. Vibrasi penduduk di daerah ini juga saya rasakan damai, jika saya gunakan angka, level of happinessnya 3 darib10. Di atas rata-rata level of happines warga Portugal secara keseluruhan.
Energi di sini terasa jernih, sangat natural. Saya sangat menikmatinya. Dari pusat kota Sintra, saya berjalan kaki, menyususuri jalanan bersih, rapi, banyak pepohonan. Setelah jalan beberapa saat, melihat para penjual kaki lima dan beragam produknya, juga pengamen yang memainkan biola secara indah, sampailah saya di Istana Sintra. Saya digerakkan masuk ke kebunnya, di sisian bangunan utama. Setelah berkeliling beberapa saat, saya menemukan tempat untuk benar-benar menyelami keheningan: di bawah pohon besar, dengan di depannya ada patung berbentuk naga.
Dalam hening, saya menyadari bahwa kota ini juga merupakan mandala kuna. Menarik bahwa di Wikipedia ada informasi yang relevan:
“The toponym Sintra derives from the medieval Suntria, and points to an association with radical Indo-European cultures; the word translates into “bright star” or “sun”, commonly significant in those cultures.”
Ini adalah daerah kuna, yang di masa lalu menjadi pusat penyebaran matahari kesadaran. Lebih detail, Sintra adalah bagian dari kota-kota kuna dalam naungan Golden Kingdom of Alps. Kota ini dulu dinaungi kesadaran dan energi Druid.
Dalam hening saya mengerti tugaa saya: mengaktivasi kembali Sintra dan 10 kota lainnya di Eropa yang dulu menjadi jaringan mandala dari Golden Alps Kingdom. Saya lalu merasakan keberadaan The Guardian of Sintra. Maka saya memberi pesan ke Mbak Ika Direktur Persaudaraan Matahari untuk terhubung dengannya. Dan terjadilah dialog di antara mereka:
Apr 2 2022 | 22.06 WIB
GUARDIAN OF SINTRA
“Sintra has been one of the strongest outposts we’ve ever had, my lady, and it still is.
Even though the power has been slowly diminishing.
It has always been an honour to be at service alongside you, my lady. And it is truly a grace to talk with you again.
Sintra holds a reserve of power related to magic and renewal. It may look dead but it is only scattered in time. A new pathway needs to be created for the magic to come alive once more.”
Satu catatan penting, jiwa kita adalah penjelajah ruang waktu. Jiwa kita bisa hidup di berbagai masa dengan beragam identitas. Tapi ada karakter asli dari jiwa kuna itu yang bisa dikenali. Dalam hal ini, The Guardian of Sintra menyadari realitas jiwa Mbak Ika yang di masa silam, hidup sebagai Pendeta Tinggi Druid. Bukan tanpa alasan saya menunjuk mbak Ika menjadi Direktur dam Pamomong di Persaudaraan Matahari. Ia punya tugas menyebarkan kesadaran murni ke seluruh penjuru Bumi lewat wahana Persaudaraan Matahari.
Hidup ini indah. Resapilah itu di dalam keheningan. Keindahan itu nyata, saat ini.
Apalagi jika mengalami seperti saya, sambil menulis artikel ini, menikmati secangkir coklat hangat di sore yang cerah, dan di sebelah meja ada rombongan gadis jelita dari Lyon Perancis. Kami bertegur sapa: ternyata mereka pernah ke Laos, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, tapi belum ke Indonesia. Tentu saja saya promosi, Indonesia juga indah dan Bali telah terbuka untuk para turis.
Sintra, Portugal 2/4/2022