Skip to main content

Setelah berjalan kaki beberapa kilometer, lalu menikmati nasi campur ala Hawaii di sebuah restoran, saya kembali ke hotel. Buat yang penasaran soal nasi campur ini, saya kasih tahu isinya : nasi, rumput laut, fillet ikan salmon, alpukat, lobak, kacang-kacangan. Ini makanan sehat, tapi buat lidah Indonesia jelas tak seenak nasi uduk dengan semur telur he he.

Di hotel, saya menikmati berendam di bathtube, lalu meditasi guna menangkap pesan semesta yang lebih utuh tentang tujuan perjalanan kali ini. Dalam meditasi ini saya jadi mengerti mengapa perjalanan ini sangat penting bagi saya.

Dunia saat ini memang bekerja dengan tata cara dan sistem yang mengerikan. Karakter yang banyak mempengaruhi adalah keserakahan, yang di sisi lain, memicu kemarahan. Inilah fakta yang harus diakui. Tapi inilah pula kesempatan untuk membangun tatanan baru, dengan fondasi pengertian yang kokoh akan kebenaran sejati.

Ya, saya memang sedang berkesempatan belajar lagi, menggembleng diri lagi, tentang kepemimpinan dan realitas global. Sembari tentunya bekerja menebar energi kasih dan kebahagiaan yang paling murni, memicu terjadinya keajaiban di berbagai belahan dunia agar secara kolektif kita semua semakin terbebas dari roda samsara.

Para pemimpin adalah para pencipta legacy, warisan agung? Apa yang hendak Anda wariskan?
Saya sih mau mewariskan bumi surgawi: dunia dengan tatanan baru yang diliputi kemurnian dan kemuliaan.

Usai meditasi, saya tidur panjang ternyata: jam 2 siang sampai jam 12 malam, sebelum kemudian terbangun untuk meditasi dan membuat tulisan ini.
Dalam meditasi, demikianlah sabda yang muncul:

“Aku menyadari kasihMu yang paling murni di setiap tarikan dan hembusan nafas. Bersama kasih itu ada energi kebahagiaan yang nyata. Aku bisa menghayatinya sepanjang waktu dengan menyelami nafasku

Setiap diri, sejatinya selalu dinaungi oleh kasih murni dan kebahagiaan sejati ini. Semuanya diliputi samudera kasih murni dan kebahagiaan sejati. Tapi diri manusialah yang memilih untuk bahagia dan menderita. Manusia menderita dengan mengabaikan kasih yang murni. Manusia bahagia dengan menghayati kasih yang murni.

Biarlah aku menjadi wahana bekerjanya kekuatan semesta yang agung. Biarlah melalui setiap sel yang menyusun tubuhku, terpancar kasih murni dan energi bahagia ke segala penjuru. Biarlah datang keajaiban, bumi ini diubahkan menjadi Bumi Surgawi.”

Setyo Hajar Dewantoro

The Architect of Civilization, The Alchemist, The Game Changer

Leave a Reply