Renungan bagi Siapapun yang Masih Peduli pada Indonesia
Ini cerita pengalaman nyata. Saat mencari tempat dengan biaya terjangkau untuk pelaksanaan Pagelaran Kebangkitan Pancasila, lalu menjajagi gedung-gedung yang dikelola pemerintah, ternyata ada yang membuat geleng-geleng kepala. Ada yang menyusahkan, hanya untuk mendapatkan jawaban ruangannya sudah penuh, harus mengirimkan surat dan proposal terlebih dahulu. Padahal apa susahnya jawab lewat WA: full booked. Ada yang cenderung hendak memalak kami, mengkondisikan kami mengeluarkan dana yang jauh lebih besar dibandingkan kesepakatan awal – demi “pendapatan tambahan para oknum”. Berikutnya, rata-rata pengelola gedung tak percaya biaya acara adalah hasil saweran anggota perkumpulan kami sendiri. Mereka menyangka ada partai politik di belakang kegiatan ini, plus ada donatur besarnya. Padahal sejak 2020 semua kegiatan memang dibiayai secara mandiri, kami gotong royong, gak pernah minta ke pemerintah, lembaga donor maupun konglomerat.
Saya masih menunggu perkembangan hari ini, jika tak ada kesepakatan yang bagus, saya pasti putuskan untuk sewa tempat di hotel saja. Jelas lebih mahal tapi gak ada palak-palakan. Dipalak itu pedih saudara, apalagi oleh orang yang sudah digaji negara untuk melayani rakyat.
Saya tahu, ini cuma noktah kecil di tengah noda besar budaya aparatur yang kehilangan semangat melayani rakyat. Banyak aparatur yang benar-benar mempertuhankan uang, terjebak ilusi kebahagiaan, hilang patriotisme. Sungguh jaman telah berubah, banyak di antara kita tak lagi melanjutkan semangat perjuangan dan ketulusan para Founding Fathers dari Republik Indonesia.
Tapi jelas, saya tak ingin pindah negara. Saya ingin terus menjadi bagian dari putera-puteri Indonesia hingga akhir hayat. Saya hanya menjadi tergerak untuk memperjuangkan perubahan dengan makin semangat.
Saya mencintai negeri ini. Saya tahu masih banyak warga Indonesia yang masih waras dan juga mencintai republik ini. Saya pasti tetap berjuang dan berkarya dengan ketulusan yang sempurna. Tak peduli bahwa di negeri ini Undang-undang disahkan dengan kendali oleh para pemilik modal dan melibatkan gelontoran uang berkardus-kardus. Saya tak peduli bahwa saat ini tak ada Undang-undang yang benar-benar pro rakyat. Saya juga tak peduli iman pembuat Undang-undang telah bergeser: segala sesuatunya bukan lagi atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, tapi atas dasar keuangan yang maha kuasa.
Negeri ini sebenarnya memang tidak sedang baik-baik saja. Pemilu dengan sistem seperti saat ini, dengan menghabiskan uang berapapun, tak akan mengubah apa-apa meski ada Koalisi Perubahan sebagai salah satu kontestannya. Tapi saya tetap mencintai republik ini dan setia menjadi patriot.
Saya selalu optimistik, meski arus neokolonoalisme dan neoliberalisme benar-benar melanda negeri ini, meluluhlantakkan budaya Pancasila dan membuat bangsa ini hilang keberdikarian dan kedaulatan. Pasti ada keajaiban selama ada manusia yang berhati murni berjuang untuk negeri.
Spiritualitas yang murni adalah jalan keajaiban. Saya tak peduli orang banyak tak bisa melihatnya, bagi saya ini adalah momen untuk berkarya dengan penuh sukacita karena kekuatan langit dan bumi sedang bekerja. Selalu ada titik jenuh untuk kebusukan di dalam kehidupan berbangsa bernegara. Akan selalu ada momentum banyak orang merindukan idealitas, kebajikan dan kebenaran.
Apa yang kita bisa lakukan dalam posisi kita sebagai rakyat jelata? Banyak hal. Saya pribadi sepenuh hati menjalankan agenda berikut:
1. Mengajar spiritualitas murni agar semakin banyak manusia yang hidup selaras gerak semesta dan penuh kewelasasihan. Terkait dengan pekerjaan di atas saya juga mengembangkan Persaudaraan Matahari. Dikembangkan juga channel-channel untuk menayangkan kuliah pencerahan dari saya.
2. Terus menulis tentang spiritualitas murni dan gagasan perbaikan bangsa, dalam bentuk buku maupun artikel di sosmed.
3. Mengembangkan Pusaka Indonesia sebagai perkumpulan yang bekerja melaksanakan program Ngaji Pancasila dan Hening Cipta, Sigma Farming Academy dan Kebun Surgawi, Social Enterpreneur Academy, Kajian dan Riset tentang Politik Ekonomi, serta mengembangkan Seni Budaya Nusantara berupa seni musik, seni tari, dll.
4. Membangun bisnis di berbagai sektor yang menopang keberdikarian dalam perjuangan.
5. Mengembangkan kolaborasi dengan banyak pihak agar ada sinergi dalam menciptakan Indonesia Surgawi dan Bumi Surgawi.
6. Bekerja di tataran energi guna menciptakan keajaiban; konsisten hening cipta dan memberkati untuk menggerakkan kekuatan langit dan bumi dalam menyelaraskan negara dan planet ini.
Bagaimana dengan Anda? Apakah mau hanyut dalam kegilaan atau memilih untuk waras dan terus berjuang sebagai patriot Nusantara?