Skip to main content

“Manusia hanya bisa menjalankan garis kehidupan yang dituliskanNya.”

“Tuhan maha tahu terhadap apapun yang akan terjadi bahkan Ia tahu dengan pasti selembar daun yang akan jatuh di hari esok.”

” Apapun yang terjadi sebenatnya sudah Tuhan tetapkan, apa yang sudah Tuhan rencanakan terjadi pastilah terjadi.”

“Manusia yang merencanakan, Tuhan yang menetapkan.”

Demikianlah pernyataan-pernyataan yang sering diungkapkan; manusia pada umumnya – terutama yang bertuhan –  menganggap itu sebagai kebenaran. 

Bagaimana menurut saya?  ITU SALAH SEMUA.   ITULAH ILUSI YANG NYATA.

Pertama, jelas Tuhan itu bukan sosok, apalagi sosok yang terpisah dengan ciptaaanNya termasuk manusia, lalu suka-suka berbuat apapun tanpa pola yang pasti.  Kalau Anda benar-benar mengenali Tuhan, jelas Anda bisa ungkapkan bahwa Tuhan adalah realitas kekosongan absolut yang menjadi asal mula segalanya dan meliputi segalanya.  Tuhan bisa dikenali sebagai realitas energi tanpa batas yang menggerakkan segalanya sekaligus sebagai kecerdasan tertinggi yang mengejawantah sebagai law of universe.

Jika kita bicara tentang ketetapan Tuhan, maka itu adalah Law of Universe.  Kehendak Tuhan, itu adalah grand design atau realitas energi yang serba indah dan agung, yang bisa memanifestasi di tataran fisik, saat semua variabel terpenuhi.  Pada konteks manusia, kehendak Tuhan adalah tuntunan keselamatan yang muncul dari relung hati terdalam; arahan yang membawa manusia pada rancangan agung yang bisa diikuti atau tidak oleh manusia.

Jadi, bicara ketetapan Tuhan itu adalah bicara tentang segala bentuk dari law of universe mulai dari law of vibration, law of of cause and effect,, law of attraction, law of compensation, dan seterusnya.  Ini tentang dinamika berbagai variabel di jagad raya yang membentuk keadaan tertentu dan itu bisa dipelajari; Anda tinggal menyesuaikan dengan hukum itu, Anda penuhi variabelnya dan terjadilah apa yang harus terjadi.  Berdasarkan law of universe, Anda memetik buah perbuatan dari karma masa lalu Anda.  Hidup Anda saat ini dibentuk oleh segenap pilihan Anda di masa kini.   Sementara masa depan adalah samudra kemungkinan; jika menyangkut nasib manusia atau yang punya kaitan dengan manusia dan sejenisnya yang punya free will, segala sesuatunya belum bisa dipastikan, tergantung variabel yang terpenuhi.

Apakah benar manusia punya free will?  Adanya free will bagi manusia adalah bagian dari ketetapan dan kehendak Tuhan: frew will ini didapatkan jiwa yang menjadi manusia sesuai alur evolusinya, sebagai buah dari segenap karma di masa lalu.  Coba Anda jadi pohon cabe, Anda gak bakal punya banyak mau dan rencana seperti manusia.  Free will itu bukan artinya Anda bebas melakukan apapun.  Free will itu artinya kehendak bebas, Anda bebas dalam menetapkan kehendak atau keinginan.  Soal itu bisa terlaksana atau tidak, itu lain cerita; itu tergantung kapasitas Anda yang dibentuk dari pilihan hidup di masa lalu.  Yang pasti terlaksana adalah hukum kompensasi: Anda mendapatkan apa yang sesuai realitas energi Anda.   Yang pasti terjadi adalah hukum sebab akibat: akibat yang Anda terima adalah hasil dari pilihan Anda.  

Jadi, untuk pahami free will itu begini: Anda bebas saja berkehendak menjadi suaminya Rosa, Syahrini atau siapapun yang Anda anggap jelita.  Tapi pada akhirnya, yang menjadi penentu siapa pasangan Anda adalah kapasitas dompet Anda, jangkauan pergaulan Anda, dan tentu saja, selera dari Rosa atau Syahrini sendiri.  Jadi dalam hal ini, ada variabel yang sangat kompleks.  Jangan bayangkan Tuhan adalah supporter Reino Barrack sehingga dia yang jadi suami Syahrini.  Ini terjadi semata-mata karena “hukum kecocokan selera”.  Syahrini bisa jadi selera Anda, tapi kalo Anda bukan seleranya dan dompet Anda tipis, mana bisa Syahrini jadi jodoh Anda hi hi.

Jadi, free will tidak bertentangan dengan takdir.  Takdir itu kata serapan dari qadha dan qadar: qadha itu law of universe; qadar itu capacity.  Anda punya free will, opsi yang tersedia tergantung capacity Anda, lalu pilihan Anda pasti berbuah konsekuensi, itulah namanya realisasi law of universe”.

Setyo Hajar Dewantoro

The Architect of Civilization, The Alchemist, The Game Changer

Leave a Reply