Renungan Menyongsong Dirgahayu Kemerdekaan ke 79.
Menjadi merdeka itu berarti harus berdaulat. Tiada artinya status negara merdeka tanpa kedaulatan yang nyata. Justru kemerdekaan diproklamasikan agar sebagai bangsa Indonesia kita bisa menentukan nasib kita sendiri dengan upaya terbaik yang diputuskan menggunakan hikmat kebijaksanaan.
Pada tataran negara, tentu saja pemerintah yang punya otoritas dan tanggung jawab dalam memastikan kedaulatan bangsa. Tapi dimungkinkan adanya pemerintahan yang lemah, atau belok dari kebenaran, yang membuat kedaulatan bangsa terdegradasi hingga ke level terendah. Negara-negara yang saat ini punya kedaulatan penuh – dalam arti tidak tercengkeram neoimperialisme, tidak takluk oleh kuasa oligarkis, jelas punya pemerintahan dan pemimpin negara yang patriotik, yang mengerti dengan jelas apa itu kedaulatan dan tahu cara menjaganya, serta punya jiwa melayani rakyat dan tidak mau menjadi kacung neoimperialis dalam memperbudak rakyat.
Di sinilah muncul keprihatinan. Sungguh sulit menemukan pemimpin yang berani mengambil resiko untuk melindungi rakyat. Sebaliknya terlalu gampang menemukan pemimpin yang tega mengorbankan rakyat banyak demi kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya, dengan memilih tunduk kepada pengaruh dan desakan pihak-pihak yang punya hasrat menjajah dengan cara baru.
Sementara itu jelas sekali bahwa para pendiri bangsa, para pejuang kemerdekaan di masa pendirian republik, bisa mewariskan Republik Indonesia yang merdeka kepada kita, karena mereka siap mengorbankan apapun mulai dari tenaga, harta hingga nyawa. Dalam kesadaran mereka tertera prinsip agung: tiada kemuliaan tanpa kemerdekaan dan kedaulatan.
Belajar dari mereka, jelas bahwa kemerdekaan dan kedaulatan harus diperjuangkan. Para pendiri bangsa telah memberi warisan agung berupa negara merdeka. Selanjutnya kita yang menentukan apakah kemerdekaan ini tetap dibarengi kedaulatan atau tidak.
Seyogyanya, bangsa Indonesia dengan lambang Garuda, punya mentalitas Garuda yang tangguh. Kedaulatan kita tegakkan dengan keberanian mengambil keputusan di berbagai sektor. Di bidang kesehatan misalnya, jangan pernah lagi mengikuti agenda WHO yang jelas-jelas menyengsarakan rakyat dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa bernegara. Kita harus berani menjalankan protokol kesehatan ala bangsa Nusantara: sehat dengan hening cipta, bahagia, olahraga dan herbal/jamu. Di bidang ekonomi kita harus berani membangun kekuatan di bidang pertanian dan manufaktur serta meminimalkam kebijakan import yang menciptakan ketergantungan kepada pihak luar. Di bidang kebudayaan jelas kita harus berpegang pada kebudayaan yang sesuai jatidiri sebagai bangsa Nusantara bukannya hanyut dalam ilusi yang mengkerdilkan kita semua.
Tentu, butuh pemimpin negara yang punya Jiwa Garuda dan menyala api Pancasila di dalam sanubarinya. Jika pemimpin seperti itu belum ada, maka kita sendiri yang bertanggung jawab atas nasib dan keselamatan diri, keluarga dan komunitas.
Inilah yang sedang kita perjuangkan lewat Pusaka Indonesia. Kita belajar untuk menjadi warga negara yang kritis, patriotik dan rela berkorban dengan melampaui hasrat serta kepentingan egoistik kita. Di perkumpulan ini kita bergotong royong untuk memastikan diri kita tetap merdeka dan berdaulat. Kita tak akan selalu manut kepada pemerintah – kita tolak segala aturan yang dibuat dengan desakan dan pengaruh oligarkis yang bertolak belakang dengan kepentingan rakyat banyak. Jangan naif dengan menganggap pemerintah pasti punya niat baik untuk rakyat. Sudah jelas faktanya selalu ada kebijakan yang tidak tepat dan menyusahkan rakyat banyak, serta selalu ada oknum pemerintah yang terbukti bertindak koruptif dan menyalahgunakan kekuasaan. Jelas pemerintah yang terdiri dari sekumpulan manusia dan politisi, bisa saja salah dan hanyut dalam pertimbangan egoistik. Jadi kita ikuti yang benar menurut akal budi dan kita tolak yang jelas-jelas salah. Tapi kita pasti ada di garda depan dalam hal menjaga kemerdekaan dan kedaulatan republik. Kita berikan segala hal terbaik yang kita punya untuk mewujudkan kejayaan bangsa dan menjadikan Indonesia sebagai mercusuar dunia.
Saya sungguh peduli pada keselamatan bangsa dan umat manusia. Hidup ini saya dedikasikan sepenuhnya untuk perjuangan suci untuk Indonesia dan dunia tanpa motif egoistik dan kecenderungan sektarian. Saya meneladani laku perjuangan suci dari para pendiri bangsa. Bagaimana dengan Anda? Akankah bersedia turut serta dalam perjuangan suci ini? Beranikah Anda menjadi contoh keteladanan dari sosok manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat?